
Part 2: Liburan ke Curug Cilember – Menikmati Senja yang Tersisa Menuju Curug 7
Kami turun menuju Curug 7 Cilember, setelah puas menikmati pemandangan di Curug 5.
Awalnya, kami berniat turun untuk pulang saja. Tapi rasanya nggak lengkap kalau kami langsung pulang. Padahal tadi kami melewati Curug 7 sebelum naik ke Curug 5. Jadi, kami memutuskan buat mampir ke sana, meski cuma sekedar foto-foto.
Waktu kami tinggal sejam lagi, sebelum langit mulai gelap.
Menikmati Waktu yang Tersisa di Curug 5
“Nanti kita turun jam empat, ya,” kata Sabrina, sambil memberi waktu kami buat menikmati waktu yang tersisa di Curug 5.
Meskipun hanya sekedar duduk, ngobrol, sambil minum minuman yang kita seduh, kami masih betah di sana. Padahal, kami udah menggigil kedinginan. Aku sampai geli sendiri melihat kulit tanganku: bulu kudukku berdiri karena kedinginan.
“Ntar kita foto-foto, yuk, di Curug 7. Sayang banget kayaknya kalo kita nggak mampir bentar,” kata Sabrina.
“Yuk,” jawab aku dan Lisa setuju.
Langit makin terlihat gelap. Pengunjung pun makin sepi. Jam di layar handphone menunjukkan pukul 16.00. Kami langsung berkemas untuk turun ke bawah. Kami pastikan nggak ada sampah yang tertinggal. Jadi, aku relakan tote bag-ku yang harusnya jadi tas khusus barang basah, jadi trash bag untuk kami buang nanti ke tong sampah.
Turun Menuju Curug 7
Akhirnya, kami turun. Suhu makin mendingin. Ternyata, langit makin gelap bukan hanya karena hari semakin sore, tetapi karena mendung dan gerimis. Aku memakai topi hiking-ku lagi, biar kacamataku nggak kena air. Nggak cuma itu, jalan berbatu yang miring pun jadi agak licin karena bercampur tanah basah. Jadi, kami harus ekstra hati-hati untuk turun.
Meskipun gerimis dan gelap, tapi sinar matahari terbenam masih terlihat indah dengan kabutnya. Kadang, kami berhenti sebentar untuk menikmati pemandangan sekali lagi dari atas untuk menikmati pemandangan sore.




Sampai di Curug 7
Sesampainya di sana, ternyata masih banyak pengunjung yang bermain, termasuk anak-anak. Air terjunnya pun tiga kali lipat lebih besar dan luas daripada Curug 5. Airnya pun lebih deras. Kami sempat menikmati air terjunnya, meskipun nggak selama di Curug 5 tadi.

Setelah itu, kami memutuskan untuk foto-foto. Aku sibuk setting tripod agar dapat angle foto yang bagus.
Kadang-kadang, ada pengunjung yang gak sengaja kefoto, bahkan ikut-ikutan berpose saat kita lagi bergaya. Tapi, kita tetap enjoy. Buat masnya, fotonya kita masukin yaa. Hihihihi



Hari Makin Gelap, Langsung Pulang
Pengunjung semakin sepi di Curug 7 Cilember. Langit semakin gelap. Ternyata, jam sudah menunjukkan pukul 17.30. Kami harus cepat-cepat keluar sebelum adzan Maghrib.
Setelah keluar dari Curug Cilember, kami berfoto di depan plang nama Curug Cilember. Waktu aku sedang setting tripod, gerombolan ojek menghampiri kita. Lalu aku bilang ke Sabrina dan Lisa, “Eh, kata bapak ojek yang boncengin gue tadi, kalo bisa, jalan agak jauh dulu kalo mau naik ojek. Kira-kira 300 meter. Soalnya nanti harganya diketok tinggi kalo langsung naik ojek di sini.”
“Oke, ntar kita jalan kaki sebentar,” kata Sabrina.
Lalu, kami maju bertiga untuk foto. Ojek menawari bantuan untuk difoto. Tapi kami menolak dengan halus, karena sudah ada tripod.
Setelah berfoto, kita keluar, “Nggak naik ojek aja, teh?” tanya salah satu tukang ojek.
“Enggak, mang. Kita jalan kaki aja,” tolak Sabrina dengan halus.
Akhirnya, kami memutuskan buat jalan kaki sebentar. Tapi kita nggak nyangka, kita bakal nyasar ke jalan yang lain.
Bersambung


Satu Komentar
Ping Balik: