
Ikut Tantangan Baca Buku Selama 30 Hari dari Grow Bareng, Ini Hasilnya
Aku ikut tantangan baca buku selama 30 hari (30-Day Reading Challenge) dari Grow Bareng. Kedengerannya menantang ya, karena harus baca buku selama sebulan. Aku pun juga merasa begitu.

Di bulan Februari itu, awalnya aku lihat iklannya saat scroll Instagram dan tertarik banget buat ikut karena menantangnya.
So, how it started? Yuk, simak pemaparan aku.
Tentang 30-Day Reading Challenge
Tantangan ini mengajak peserta untuk baca buku setiap hari selama 30 hari selama satu jam. Di satu jam itu terbagi lagi jadi 45 menit baca buku dan 15 menit sesi sharing dan journaling. Kegiatan ini terhitung dari tanggal 1 Maret 2025.
Kebetulan, waktu itu adalah bulan puasa. Selama bulan puasa itu, tantangan berlangsung dari jam lima pagi sampai enam pagi, waktu antara sahur dan subuh. Di jam itu, biasanya aku habiskan dengan rebahan, scroll sosmed, atau nonton TV. Tapi di tantangan ini, waktu sejam itu harus dihabiskan dengan baca buku. Menantang kan? Hayo, siapa yang di sini habis sahur malah rebahan atau main hape? Anyone?
Kenapa Aku Tertarik Ikut Tantangan Ini?
Ada banyak alasan aku tertarik ikut, diantaranya:
1. Butuh Kegiatan yang “Lebih Menantang”
Mungkin keliatannya sepele karena cuma baca buku. Tapi tantangan ini bikin aku penasaran. Pikiranku, baca buku selama 30 hari? Kayaknya aku belum pernah sekonsisten itu kalau baca buku. Palingan aku baca buku cuma tiga kali seminggu. Itupun kalau lagi niat banget.
Menurutku, kegiatan ini melatih konsistensi kita dalam membaca buku. Terlebih, kemampuan kita menyerap bacaan dalam buku harus dilatih secara konsisten. Maka dari itu, aku mau coba menantang kemampuan aku dalam membaca untuk ikut tantangan ini.
2. Ingin Punya Teman Diskusi Tentang Buku
Mungkin baca buku sendirian itu menyenangkan, karena nggak ada yang ganggu. Tapi gimana kalau baca buku bareng teman yang suka baca buku juga? That’s another level. Aku butuh circle yang mendukung dari segi hobi.
Selain itu, aku juga pingin ada teman diskusi setelah kita baca buku kita masing-masing. Jadi, aku bisa dapat insight dari berbagai perspektif yang berbeda.
3. Ingin Mengurangi “Screen Time” di Tengah Maraknya “Brainrot” dan “Dopamine Hijack”
Zaman sekarang penuh dengan istilah “brainrot” dan “dopamine hijack” karena screen time kita terhadap hape yang meningkat. Kebanyakan scroll hape bikin otak makin tumpul karena butuh dopamin instan. Lama-lama, otak jadi “membusuk” karena nggak ada stimulasi untuk berpikir.
Apalagi kerjaanku sebagai blogger yang mau nggak mau bikin konten dan cari inspirasi lewat hape. Kadang aku juga nggak sadar udah scroll hape lama. Maka dari itu, aku sadar aku butuh peralihan ke dunia yang lebih real.
Untungnya, sekarang makin menjamurnya kegiatan baca buku. Banyak kegiatan baca buku yang digerakkan beberapa komunitas di sosmed, termasuk 30-Day Reading Challenge ini.
3. Lagi Menulis Perjalanan Kreatif Aku
Waktu itu awal-awalnya aku mulai blogging lagi di website aku sendiri. Dan kebetulan aku juga lagi nulis perjalanan kreatif aku dalam menulis dan menggambar. Garis besarnya adalah perjalanan kreatif aku dalam berkesenian, sehingga aku butuh referensi dan inspirasi dari buku yang udah aku punya.
Maka dari itu, selama aku nulis, aku butuh inspirasi dari buku Heavier Than Heaven untuk mengulik kreativitas Kurt Cobain. Aku juga pingin mengambil sisi positif dari kreativitas yang selama ini aku pendam karena takut dijudge orang. Jadi, aku ikut tantangan ini juga sebagai kegiatan yang “aji mumpung” buat menghabiskan buku itu dan nulis artikel blog aku.
4. Ingin Mengembalikan Kemampuan Kognitif Aku Seperti Semula.
Sebenarnya, ini adalah motif paling utama aku. Mungkin ini alasan utama yang bikin gong kalian. Bisa aja kalian mikir, semua orang normal pasti punya kemampuan kognitif pada umumnya; masih bisa mikir, ambil keputusan, baca tulisan. Tapi sayangnya, kemampuan kognitif aku sempet nurun drastis.
Kenapa? Karena aku ada riwayat cedera kepala yang bikin aku harus banyak istirahat selama dua tahun. Hal itu berimbas ke kemampuan kognitif aku. Efeknya aku jadi susah mikir, susah ambil keputusan, baca buku pun cuma kuat sampai tiga paragraf pas awal kena cedera. Jadi, aku ikut tantangan ini buat latihan otak aku dengan membaca buku secara konsisten selama 30 hari.
Buku yang Aku Pilih di Tantangan Baca Buku Selama 30 Hari (30-Day Reading Challenge)
Awalnya, aku cuma pingin baca satu buku: Heavier Than Heaven, biografi Kurt Cobain karya Charles R. Cross, yang ditulis dengan brutal, jujur, dan tragis. Aku pilih buku ini karena Nirvana adalah band favorit aku, termasuk vokalisnya, Kurt Cobain. Selain itu, aku juga merasa kami punya kemiripan karakter dalam berkreasi yang raw dan penuh amarah.
Meskipun aku bukan penyanyi, aku suka karakter vokalnya: penuh amarah, mentah, frustasi, dan kontradiktif, baik secara personal maupun seni kreatif. Dia menyanyi dengan performa brutal sambil banting gitar. Dari segi emosi, ada semacam keterhubungan yang ingin aku eksplor lewat buku itu.
Kebetulan, aku lagi nulis perjalanan kreatif aku dalam menggambar dan menulis. Dalam perjalanan kreatif itu, aku juga pernah ada di fase tersebut. Jadi, aku perlu baca buku tentang Kurt Cobain untuk bahan nulis blog aku. Maka dari itu, buku Heavier Than Heaven adalah buku yang tepat buat aku baca di tantangan 30-Day Challenge ini.
Baca Juga Artikel Terkait Lainnya!
Review Buku Heavier Than Heaven dan Perjalanan Emosional Kurt Cobain
Review Buku Rebel Notes: Catatan Seniman Pemberontak
Mekanisme Ikut Tantangan Baca Buku Selama 30 Hari (30-Day Reading Challenge) Ini
Sebenernya mekanisme kita ikut tantangan ini sih simple aja; Kita daftar, bayar nominal pendaftaran, lalu kita masuk grup WhatsApp. Ternyata antusiasme orang-orang untuk ikut tantangan ini banyak banget. Tapi, tetap, slot terbatas di 100 orang aja.
Waktu itu aku komen di postingan Instagramnya untuk info lebih lanjut gimana cara joinnya. Setelah itu, adminnya mengirim link form pendaftaran via DM. Lalu, aku daftar deh.
Setelah aku berhasil join, hari pertama akan ada arahan, peraturan selama baca buku, dan pembagian poin saat kita ikut tantangan ini.
Di hari tantangan, kita baca buku dengan keadaan on-cam di Zoom Meeting, biar terpantau siapa saja yang benar-benar lagi baca buku.
Kedengerannya strict banget yah, tapi panitianya nggak se-strict itu kok. Kalau izin off-cam untuk ke kamar mandi tinggal izin lewat chat di Zoom. Jadi, kita menikmati proses baca buku bareng itu dengan santai dan fun. Panitianya juga seru kok, jadi suasananya nggak kaku.

Apa yang Berubah Setelah Ikut Tantangan Baca Buku Selama 30 Hari?
1. Kapasitas Membacaku Meningkat Perlahan
Secara kuantitas, biasanya aku hanya kuat baca lima halaman per jam. Tapi selama challenge? Perlahan-lahan banyaknya halaman yang aku baca semakin meningkat. Awalnya cuma lima halaman. Di akhir tantangan, ternyata aku bisa tembus dua puluh empat halaman per jam.
Tapi, yang aku tekankan di sini bukan soal kuantitas. Yang aku tekankan adalah proses konsisten dari membaca buku selama 30 hari itu. Hasilnya, makin banyak informasi yang aku serap, yang juga nggak lepas dari berapa banyaknya halaman yang udah kubaca.
2. Kesehatan mentalku membaik.
Jam lima pagi ternyata bukan waktu yang terlalu pagi kalau kamu lagi cari kegiatan positif. Membaca di waktu sepi, apalagi di pagi hari itu bikin pikiran jernih. Memulai hari dengan kegiatan positif bikin lebih fokus dan mood lebih stabil, yang meningkatkan kualitas kesehatan mental. Apalagi kalau dimulai dengan baca buku.
Menurutku, memulai hari tanpa memikirkan hal yang negatif, lalu mengalihkannya ke baca buku, adalah salah satu kegiatan yang menyehatkan mental. Pikiranku teralihkan untuk membaca informasi dalam buku yang aku suka. Jadi, selagi kamu suka membaca buku, apalagi untuk memulai harimu, bacalah.
3. Kemampuan kognitifku meningkat
Mungkin bagi kebanyakan orang, tantangan baca buku selama 30 hari bakal kedengeran berat. Tapi bagi aku, tantangan ini challenging banget. Tanpa aku sadari, kemampuan kognitif aku normal lagi, bahkan meningkat. Aku jadi cepat nyerap informasi dari buku dan otakku nggak capek mikir lagi.
Meningkatkan kemampuan kognitif ini memang butuh konsistensi dan proses. Mungkin aku emang belum sembuh sepenuhnya. Tapi, dengan kegiatan baca buku yang konsisten, aku merasa otakku lebih sehat dengan konsisten membaca.
4. Punya Teman Baru yang Sehobi
Selain dampak dari membaca itu ke kemampuan kognitif aku, aku jadi punya teman lebih banyak. Tentunya, teman yang sama-sama suka baca buku. Dengan buku yang masing-masing mereka baca, aku jadi punya banyak insight tentang segala ilmu dari berbagai buku. Aku ngerasa, topik yang kita obrolin lebih bermakna daripada sekedar basa-basi.
Aku juga bisa dengar dan memahami perspektif teman-tamn dari topik buku yang kita bahas. Kita nggak cuma baca buku, tapi juga diskusi tentang banyak hal. Apalagi diskusi kasus yang kita temui di real life dan menghubungkan dengan ilmu di buku yang kita baca.

Beberapa Dapat Juara dan Uang Tunai, Aku Dapat Predikat
Akan ada juara 1, 2, dan 3 bagi peserta yang konsisten dan aktif diskusi di sesi sharing dan journaling. Pemegang juara juga dapat hadiah yang berupa uang. Menarik kan?
Sayangnya, aku nggak bisa ikut tantangan secara penuh 30 hari. Aku sempat kena demam dan alergi dingin sampai sempat kejang. Kebetulan juga bulan itu lagi musim hujan. Buat orang yang gak kuat dingin, alergi dinginku kambuh dan dilarikan ke klinik.
Untungnya, aku tetap ikut baca lagi setelah sembuh. Dan yang bikin kaget, ternyata aku dapat predikat “Distinguished Performer” karena sering berinteraksi saat sesi sharing. Aku pun nggak nyangka dapat predikat ini. Lucu banget!

Refleksi: Membaca Itu Bukan Soal Target, Tapi Soal Diri
Lewat tantangan baca buku selama 30 hari, aku belajar bahwa membaca bukan soal “membaca cepat” atau “menyelesaikan sekian buku”. Tapi tentang menikmati proses dalam konsistensi membaca selama berhari-hari itu hingga berdampak ke diri kita sendiri.
Maka dari itu, tantangan ini bukan sekedar baca buku lalu kelar. Kita banyak melalui prosesnya; mulai dari baca buku sejam, lalu diskusi tentang buku, lalu menulis apa yang sudah kita baca dari buku kita. Dari tantangan ini juga kemampuan kita mengambil esensi dari buku yang udah kita baca makin terasah.
Kesimpulan: Manfaat Positif yang Aku Dapat
Tantangan baca buku selama 30 hari ini nggak cuma bikin aku rajin baca, tapi juga menyelamatkan sisi kreatif dan kemampuan kognitif aku yang menurun. Buku yang kubaca nggak cuma membuka cerita dari bukuku sendiri, tapi juga dari buku orang lain.
Maka dari itu, tantangan ini banyak membuka kartu ilmu baru, yang berdampak secara internal diri sendiri, maupun berdampak secara eksternal. Jadi, aku ngerasa tantangan ini adalah cara yang santai dan seru buat melatih baca buku secara konsisten.
Kalau kamu ngerasa otakmu mulai tumpul, dan dunia makin berisik, tantangan ini bisa jadi opsi terbaik kamu dengan baca buku. Karena dengan konsistensi, kita menghargai proses. Dan dengan tantangan, kita mengerahkan kemampuan kita sebaik mungkin.
Sumber:
https://www.instagram.com/grow.bareng
https://lombokbaratkab.go.id/manfaat-membaca-buku
https://www.alodokter.com/manfaat-membaca-tidak-hanya-untuk-menambah-pengetahuan
https://kwikbrain.medium.com/10-brain-reasons-to-make-reading-a-habit-aa628d4b498c


Satu Komentar
Ping Balik: