Kemarau di Gunungkidul: Berkunjung ke Rumah Saudaraku
Musim kemarau di Gunungkidul bikin kesan unik tersendiri di tahun 2024 ini. Kami berkunjung ke rumah saudaraku – Mbak Erna – di daerah Gunungkidul, Yogyakarta. Perjalanan ini jadi kesempatan buatku melihat nuansa musim kemarau yang ternyata punya pesona tersendiri.
Melewati Pegunungan dan Hutan Jati di Gunungkidul
Meskipun lagi musim kemarau, perjalanan ke rumah Mbak Erna di Gunungkidul penuh pemandangan yang unik. Kami melewati daerah pegunungan dan hutan jati. Di musim ini, pohon jati yang biasanya hijau sekarang banyak menggugurkan daun, menyisakan warna cokelat, kuning, dan hijau tipis. Rasanya seperti ngelihat lukisan alam dengan warna-warna hangat.
Kebetulan waktu di perjalanan, kami melewati Sungai Oya. Di sekitaran Sungai Oya banyak pohon jati yang daunnya banyak berguguran. Rasanya kayak ngelihat musim gugur khas luar negeri seperti di film-film. Sayangnya, aku nggak bisa berhenti buat ambil fotonya karena buru-buru.
Kejutan Hujan di Musim Kemarau
Meskipun musim kemarau, ternyata di daerah perbukitan masih sering hujan. Jadi, walaupun hawa terasa panas, suasana tetap sejuk dan segar. Apalagi di rumah Mbak Erna diapit lembah dan hutan. Waktu itu, meskipun di siang bolong, udara di sana terasa adem.
Pesona musim kemarau di Gunungkidul, apalagi pas hujan turun secara nggak terduga ini membuat kesan unik tersendiri.
Suasana di Rumah Saudaraku di Gunungkidul
Seampainya disana, kami langsung ngumpul di rumah Mbak Erna. Kita semua ngumpul di ruang tamu. Sekarang, rumahnya sudah dicat baik di eksterior maupun interiornya. Waktu terakhir ke rumah Mbak Erna di tahun 2015, rumahnya masih setengah jadi. Sekarang, udah banyak rumah di sekeliling rumah Mbak Erna, padahal dulu sepi banget jarang ada rumah.
Kami makan bersama sambil ngobrol dan tertawa. Kami makan ayam goreng, kluban, sambel, tahu tempe goreng, dan teh manis hangat. Kluban buatan Mbak Erna enak banget, aku sampe nambah tiga kali.
Momen kebersamaan seperti ini bikin aku betah, sekaligus suasana alam yang syahdu pas hujan bikin obrolan makin hangat.
Jalan-Jalan ke Pantai Parangtritis
Sebelum ke rumah Mbak Erna, sebenarnya kita udah rencana mau ke pantai. Maka dari itu, kita ajak Mbak Erna dan Pak Yanto biar ikut sekalian. Sebelumnya, kita bingung mau ke Pantai Drini atau Pantai Parangtritis. Karena rumah Mbak Erna lebih dekat sama Pantai Parangtritis, akhirnya kita memutuskan buat ke Pantai Parangtritis.
Nggak lengkap rasanya kalau udah di Gunungkidul tapi nggak mampir ke Pantai Parangtritis. Sore itu kami ngelanjutin perjalanan ke sana, menikmati suasana pantai yang lengang. Angin pantai kencang banget sampai pasir pun ikut berterbangan. Tapi dari itu semua, dengan suara ombak dan langit kemarau yang cerah jadi perpaduan sempurna. Rasanya, aku jatuh cinta sama musim kemarau yang sebelumnya aku anggap biasa saja.
Balik Lagi ke Rumah Mbak Erna
Sehabis dari Pantai Parangtritis, kami duduk sebentar di beranda rumah buat istirahat. Ibuku tergiur sama mangga yang lagi berbuah di depan rumah Mbak Erna. Habis itu, kami metik mangga. Buahnya belum terlalu matang, kita petik mangga untuk ngerujak.
Setelah itu, Mbak Erna ngebawain kita banyak jajanan khas desa. Mbak Erna juga memasukkan sekardus cabe rawit. Ternyata, cabe rawit disana lagi murah, sekilo cuma Rp 20.000. Maka dari itu, ibu dan sepupuku, Mbak Rina, ngeborong cabe rawit dari sana.
Pesona Musim Kemarau di Gunungkidul yang Tak Terduga
Selama ini, aku selalu lebih suka musim hujan, tapi ternyata musim kemarau punya daya tarik yang nggak kalah indah. Nuansa alamnya hangat, penuh warna-warna yang nggak aku duga bakal bikin aku terpesona. Terlebih bertemu dengan sanak saudara yang udah lama nggak ketemu, perjalanan kali ini jadi lebih berkesan.
Satu Komentar
Ping Balik: