
Menghadiri Workshop Membuat Gelang Manik-Manik Bertajuk ‘Crafting Forgiveness, One Knot at a Time’
Di bulan puasa yang penuh ampunan ini, aku datang ke workshop membuat gelang manik-manik bertajuk “Crafting Forgiveness, One Knot at a Time” yang diselenggarakan oleh Mengenal Diri dan Djoe&Co Jewels. Workshop ini mengajak kita untuk memaafkan, baik memaafkan diri sendiri, maupun orang lain dengan membuat karya gelang manik-manik, sekaligus buka bersama.
Kata manik-manik bikin aku teringat masa kecil. Dulu, aku dan temanku – Ismi – suka bermain di depan halaman tailor. Kadang ada manik-manik bekas payet baju yang bertebaran di halaman tailor. Karena bentuknya unik, kami mengambil manik-maniknya dan mengumpulkannya jadi satu. Setelah itu, kami menjadikannya gelang manik-manik dengan benang jahit. That was such an exhilarating childhood.
Balik ke masa sekarang, dimana aku sudah berumur 25 tahun. Dewasa ini, kita harus menghadapi realita kalau dunia ini kadang kejam. Seperti saat kita merasa sakit hati dengan seseorang, baik dia melakukannya secara sengaja maupun nggak. Syukur-syukur kalau dia sadar diri dan mau minta maaf, kalau nggak? Sakit hati banget!
Maka dari itu, workshop ini mengadakan kegiatan membuat gelang sebagai proses dalam memaafkan. Dimulai dengan meditasi, membuat gelang, buka bersama, dan sesi sharing.
Menyalurkan Sakit Hati dengan Karya
Siapa sih di dunia ini yang mau mendendam? I’m sure nobody wants to be a resentful person. Tapi kenyataannya, susah banget buat maafin orang yang udah bikin kita sakit hati. Karena hidup harus berjalan, kita nggak bisa terus-terusan terperangkap dalam sakit hati. Mau nggak mau, kita harus memaafkan, demi kesehatan emosional kita. Bukan berarti kita mengabaikan rasa sakit hati itu, tapi kita berhak milih untuk nggak membiarkan kejadian itu mendefinisikan kita.
Maka dari itu, dari pengalamanku, daripada sibuk nyalahin orang yang bikin aku sakit hati, aku selalu cari cara buat melepas sakit hati itu. Biasanya aku menyibukkan diri dengan hobiku, yaitu menggambar atau menulis. Jadi, aku melepas emosi dengan membuat karya.
Dengan menyalurkan emosi ke dalam karya seni, aku merasa lebih mampu mengendalikan perasaan negatif. Proses kreatif ini memberi aku ruang buat mengekspresikan diri, tanpa harus kejebak di lingkaran rasa sakit hati.

Kebetulan, bulan Maret yang lalu, aku lagi nulis perjalanan kreatif aku dalam menggambar dan menulis. Selama merefleksikan perjalanan itu, ada satu benang merah yang aku dapat dari kedua perjalanan kreatif itu, yaitu proses melepas emosi. Proses itu menemukan kesimpulan akhir, yaitu memaafkan. Aku sadar, perjalanan kreatif dalam membuat karya adalah salah satu hal terpenting dalam memaafkan dalam hidup aku.
Melihat Iklan Workshop Membuat Gelang Manik-Manik di Instagram
Setelah membuat refleksi diri dengan menulis perjalanan kreatif aku sendiri, aku ingin belajar membuat karya kreatif yang lain. Maka dari itu, workshop membuat gelang manik-manik ini jadi momen yang pas buat aku untuk belajar membuat karya lain, yang merefleksikan proses memaafkan.
Saat nge-scroll Instagram, aku lihat iklan workshop ini di Instagram, di mana kebetulan aku nge-follow akun @djoeandco_ yang pernah aku temui di event bazar local brand di Chillax, Sudirman. Workshop ini diadakan oleh Mengenal Diri dan Djoe&Co Jewels.
Di workshop tersebut, akan ada Kak Regine Polana selaku mindfulness & meditation coach. Kak Vasthi Djoehartono, owner dari Djoe&Co. Tidak lupa dengan Kak Salma, founder dari Mengenal Diri dan penulis buku “The Book of Dreams”, yang turut hadir di workshop ini.


Habis baca slide pertama, aku geser ke slide kedua, dan ada tiga pertanyaan tentang perasaan yang udah lama kita rasakan. Salah satunya ada pertanyaan “Ready to break free from resentment and step into peace with an open heart?” Saat lihat pertanyaan itu, aku jawab dengan spontan dalam hati “Yes, I am ready!”
Workshop ini gratis, tapi kuotanya terbatas karena cuma partisipan terpilih yang bisa ikut. Partisipan dipilih melalui jawaban kita lewat Google Form. Jadi, kita menulis opini kita tentang definisi memaafkan versi kita sendiri, bagaimana cara kita melalui proses memaafkan itu, dan lain-lain.
Setelah aku mengisi formnya, dua hari kemudian aku dapat email masuk. Aku jadi partisipan terpilih di workshop ini. I was so happy! This workshop was gonna be my wonderful experience!
Memahami Konsep ‘Crafting Forgiveness, One Knot at a Time’
Dalam workshop membuat gelang ini, tajuk ‘Crafting Forgiveness, One Knot at a Time’ memiliki makna yang mendalam. Secara keseluruhan, konsep workshop ini adalah kegiatan merangkai manik-manik menjadi gelang, sebagai manifestasi dalam proses memaafkan. Apalagi di bulan Ramadhan ini, bulan yang penuh ampunan.
Workshop ini bukan sekedar membuat gelang saja. Jika kita bedah kalimatnya, “Crafting Forgiveness” adalah menciptakan kerajinan tangan, sama halnya dengan menciptakan kesadaran diri dalam memaafkan. “One Knot at a Time” adalah merangkai butir demi butir manik-manik dalam satu tali gelang, yang mencerminkan proses bertahap dari memaafkan.
Gelang manik-manik yang aku buat bukan sekedar aksesoris biasa. Gelang itu memiliki nilai filosofis tersendiri, yaitu gelang buatan tangan sebagai pengingat dalam proses memaafkan. Sehingga kapanpun aku pakai gelang itu, aku bakal ingat proses dalam menyembuhkan diri sendiri dan mencintai diri sendiri.
Memulai Workshop dengan Sesi Journaling dan Meditasi
Workshop berlangsung di Narabe Coffee & Gallery di Lebak Bulus, jam tiga sore. Sayangnya, aku telat satu jam, karena hujan dan susah menemukan titik jemput terdekat untuk lanjut naik Gojek. Jadi, aku terpaksa harus nyebrang lagi agar titik penjemputan gampang ditemukan. Apalagi hujan sempat turun deras, jadi bikin aku makin telat.
Untungnya baru sesi journaling saat aku datang. Meskipun panik, tapi aku harus tenang biar nggak mengganggu sesi yang lagi berlangsung. Di sesi journaling ini, panitia memberikan kita kertas berisi pertanyaan dan menyediakan kolom untuk jawaban kita. Lalu kita tulis tentang bagaimana perasaan kita, apa saja hal bikin kita sakit hati, dan pesan untuk diri sendiri.

Setelah itu, kita masuk ke sesi meditasi, dengan Kak Regine Polana sebagai coach meditasi dan mindfullness. Sesi ini bikin trauma kita ke-trigger, karena harus membayangkan kita ketemu orang yang bikin sakit hati dan ngobrol dari hati ke hati.
A tear rolled down my cheek. Aku menitikkan air mata, karena sempat bergelut dengan rasa sakit hati itu sampai depresi. Begitupun semua hadirin acara yang juga menitikkan air mata, karena memang menguras emosi. Tapi, meditasi itulah salah satu cara efektif untuk menyelesaikan permasalahan emosi yang belum terselesaikan.
Lanjut ke Sesi Membuat Gelang Manik-Manik
Setelah sesi meditasi selesai, kami lanjut ke inti event, yaitu membuat gelang manik-manik. Kak Vasthi, founder Djoe&Co Jewels., memberi peralatan untuk membuat gelang manik-manik, seperti senar elastis, stopper, pengait gelang, dan tang.
Waktu dia memberikan peralatan di mejaku, dia senyum kepadaku, “Kamu yang ada di event Chillax Sudirman itu, ya?” katanya sambil menunjukku.
“Iya, Kak. Aku kan follow akun Djoe&co kak. Hehehe. Makanya jadi liat iklan workshop ini, terus ikut deh” kataku sambil terkekeh, nggak nyangka kalau dia akan ingat.
Actually we met in Chillax Sudirman at the local brand bazar event in February. We talked about ideas, concept, jewelries, bahkan sampai ngobrolin tentang pemerintah. Obrolan ngalor-ngidul itu mungkin yang bikin kita ingat satu sama lain, padahal dia lagi jualan waktu itu dan aku malah langsung pulang xD
Back to this workshop event. Setelah kita dapat peralatannya, ia mempersilahkan kami untuk mengambil bahan gelang yang disediakan di atas meja.


Makna pada Batu Kristal Pilihanku
Bahan-bahan untuk membuat gelang bukan cuma manik-manik atau mote biasa, tetapi ada juga berbagai jenis batu kristal. Kebetulan, aku suka batu kristal, apalagi Rose Quartz. Terlebih, batu kristal dipercaya memiliki manfaat positif secara metafisik.

Aku pribadi suka warna pink. Maka dari itu, aku memilih batu kristal yang berwarna pink atau pink kemerahan, seperti rose quartz, strawberry quartz, dan pink tourmaline. Secara keseluruhan, batu kristal dengan nuansa warna pink identik dengan cinta. Memaafkan diri sendiri sama halnya dengan mencintai diri sendiri. Maka dari itu, aku memilih ketiga batu tersebut.
Pada masing-masing batu, rose quartz dipercaya meningkatkan cinta dan kasih sayang. Selain itu, ada strawberry quartz yang dipercaya menyembuhkan rasa sakit hati dan melancarkan proses release emosi untuk move on. Lalu, ada batu pink tourmaline yang dipercaya dapat menenangkan diri dari stress dan kegelisahan. Tiga batu kristal pilihan itu jadi kombinasi sempurna untuk proses memaafkan dan kembali mencintai diri sendiri.
Keseruan Saat Membuat Gelang Manik-Manik
Membuat gelang manik-manik ini ternyata ada tekniknya tersendiri. Untung aku udah paham sedikit, karena udah pernah bikin gelang wire sebelumnya. Tapi kalau gelang manik-manik ini, aku cuma memasukkan beberapa manik yang aku ambil, lalu mengaturnya agar terlihat manis. Jadi lebih gampang.

Aku sering berhenti untuk mengira-ngira “Susunan ini bagus nggak ya?” because I’m such a perfectionist person, biar gelang yang aku buat kelihatan manis dan simetris secara susunan.
Letak kesulitannya ada di saat memotong senar gelang dan memasukkan ujung senar ke dalam manik-manik untuk membuat pengait di ujung gelang. Meski udah effort sekuat tenaga pakai tang, tapi tetap aja susah banget! Aku sampai minta tolong Kak Vasthi buat bantu motong senar gelang. Dia dengan senang hati bantuin kami satu per satu.
Adzan Maghrib Berkumandang, Waktunya Buka Bersama
Di tengah keseruan membuat gelang, adzan maghrib berkumandang. Tanda buka bersama dimulai. Aku memesan menu rice with chicken and creamed spinach, dan minuman iced coffee. Kami berhenti sejenak untuk berbuka dan ngobrol, sambil lanjut membuat gelang manik-manik.

Selesai berbuka, aku mikir “No, no, no. This is not really cool. Kayaknya ini harus ada focal point-nya deh” lalu aku bongkar lagi gelangnya.
Bagi yang belum tahu, focal point adalah titik fokus atau pusat perhatian dalam suatu desain. Istilah focal point itu aku dapat semasa aku kuliah arsitektur. Jadi kalo aku rencananya biar keliatan simetris, aku harus taruh focal point-nya di tengah gelang. Dengan manik-manik yang bentuknya bulat semua, aku merasa kesannya membosankan: bentuknya repetitif atau berulang-ulang. Maka dari itu, aku harus cari manik-manik yang bentuknya unik dan mencolok.
Aku berhenti sejenak membuat gelang manik-manik, buat melihat lagi bahan manik-manik di meja tadi. Siapa tahu ada bahan lain yang menarik, sambil ngobrol dengan partisipan lain.
Di tengah itu, kami malah melihat perhiasan yang dipamerkan. You know, girly things, when it comes about interesting and shining things like jewels, kita bakal wara-wiri kesana-kemari, nggak fokus ke kerjaan kita tadi. Maklum, hitung-hitung cuci mata liat perhiasan cantik. Hihihi…

Lanjut Menyelesaikan Gelang
Habis itu, aku balik lagi melihat bahan manik-manik, lalu mencari secara saksama dengan waktu yang lama. Akhirnya aku mengambil batu berbentuk hati berwarna pink. Batu itu ada di tumpukan kalung yang belum dilepas benangnya. By the way, itu berat banget loh buat diangkat. Udah gitu cuma satu-satunya batu berbentuk hati berwarna pink di situ, seakan-akan batu ini kayak jarum di tumpukan jerami. Ah, I was so lucky!

Setelah kesenengan dapat batu berbentuk hati, aku langsung ke tempat dudukku, lalu membongkar gelangku lagi. Saking perfeksionisnya, aku bongkar gelang manik-manik sampai empat kali, biar kelihatan manis dan serasi. Sedangkan teman-teman semejaku udah pada selesai. Jadi, aku yang paling lama di meja itu.
Saat gelang manik-manik udah kelar, seperti yang udah ku bilang, memasukkan ujung senar ke dalam manik-manik untuk membuat pengait di ujung gelang jadi kendala lagi, apalagi saat menyambungkan ujung gelang ke pengait gelang.
Tapi, untungnya Kak Vasthi bantuin aku dan partisipan workshop lainnya. Dia ngebela-belain bantu partisipan, sampe makan pun nggak sempet. Untungnya dia dibantu suapin Kak Salma. Thank you so much buat Kak Vasthi dan Kak Salma!

Voila! Akhirnya gelang manik-manikku udah jadi! Ini tinggal pasang pengait dan stoppernya. Aku minta tolong Kak Vasthi lagi. Maaf yaa kak! Hihi

Sesi Sharing: Kesimpulan dari Workshop ini
Setelah semua partisipan kelar membuat gelang manik-manik, workshop ditutup dengan sesi sharing. Sesi ini dipandu oleh Kak Salma, sebagai founder dari Mengenal Diri. Kami saling sharing bagaimana kami mendefinisikan maaf dengan opini masing-masing, bagaimana kami melalui proses memaafkan itu, dan bagaimana rasanya setelah ikut workshop ini. Kami mendefinisikan maaf sesuai perjalanan dan pengalaman hidup masing-masing, yang menjadi obrolan di sesi sharing ini menarik dan insightful.

Aku sendiri ikut workshop membuat gelang manik-manik ini karena kebetulan aku sedang menulis tentang perjalanan kreatif aku dalam menulis dan menggambar, yang secara tersirat merupakan proses memaafkan itu sendiri dengan membuat karya, sama seperti tema dalam workshop ini.
Setelah mengikuti workshop ini, aku merasa proses memaafkan jika dijalani dengan bersama, beban yang kita rasakan jadi lebih ringan. Dulu, saat aku mengalami depresi, aku merasa dunia ini terlalu kejam untukku. I realized I wasn’t alone, banyak dari kita mengalami rasa sakit itu.
Rasa sakit, terluka, rumitnya emosi dalam proses memaafkan membuat sisi emosional kami saling terhubung dalam satu tempat dan waktu, yang membuat aku merasa nggak sendiri. Gelang manik-manik pink yang aku buat ini akan jadi pengingat pembuatan karya terunik aku dalam proses memaafkan.
Through this creative work, we’re striving to heal ourselves and each other, connecting with one another through shared love.


Sumber:
https://mauorder.com/5-manfaat-batu-permata-ruby

