Pantai Drini Punya Kejutan Tersendiri
Setelah puas ngunjungi Parangtritis dan ngantar Mbak Erna ke rumahnya, kami lanjut pulang ke rumah Mbak Rina. Tapi di tengah jalan, Mas Depi tiba-tiba ngajak kami ke pantai Drini, yang katanya lebih bagus daripada Parangtritis.
Sebenarnya aku udah capek banget dari perjalanan sebelumnya, tapi aku penasaran sama pantai yang disebut-sebut Mbak Rina dan Mas Depi. Apa emang sebagus yang mereka bilang? Kita lihat aja nanti.
Masuk Gratis (Lagi)
Satu kilometer sebelum sampai pantai, kami memasuki gerbang masuk area Pantai Drini. Kebetulan penjaga gerbangnya bapak tua, kakek-kakek sekitar umur 60-an. Kelihatannya dia jaga sendiri. Mas Depi yang nyetir langsung buka kaca pintunya dan bilang kalo kami keluarga Pak Yanto, anggota Koramil setempat. Bapak penjaganya langsung mempersilahkan kami masuk.
Kami cuma ketawa.
Kecewa Pas Pertama Kali Melihat Pantai Drini dari Luar
Sesampainya di sana, yang aku lihat dari depan cuma pasar lelang ikan dan deretan perahu nelayan. Pandangan pertama ini bikin aku kecewa. Mukaku merengut kesal. Pikirku, udah capek-capek dari Pantai Parangtritis, yang dilihat malah pasar. Tapi karena udah sampai, kami pun coba masuk ke area pantai.
Aku melangkah masuk dengan gontai sambil bawa tripod. Mas Depi yang sadar kalau aku kesal sengaja bertanya, “Gimana, Pen? Bagus, nggak?”
“Nggak bagus!”, jawabku blak-blakan.
“Ini baru sampe di pasar. Belom masuk ke pantainya. Ntar liat sendiri, bagus, deh”, kata Mas Depi.
Aku hanya ikut Mbak Rina dan Mas Depi melangkah ke pantai.
Kejutan di Balik Tebing dan Bebatuan Besar di Tengah Laut
Begitu masuk ke area pantai, aku langsung tercengang. Ternyata panorama Pantai Drini lebih unik daripada Parangtritis! Meskipun kecil, pantai ini dikelilingi tebing dan bongkahan batu besar di tengah laut. Kesannya kurang lebih kayak Tanah Lot di Bali. Pantai ini kayak hidden gem di daerah Yogyakarta. Aku nggak nyangka bakal ke pantai lain yang lebih unik daripada pantai yang udah sering disebut orang-orang.
Menikmati Senja
Sore itu, langit mulai berubah warna: merah muda bercampur jingga. Langit sore di sana menciptakan suasana yang tenang tapi memukau. Aku, ibuku, dan anaknya Mbak Rina main air sambil menikmati matahari terbenam. Sedangkan Mas Depi dan Mbak Rina duduk di atas pasir, menikmati angin sore. Semakin matahari tenggelam, ombak pun makin besar, menambah kesan megah dari pantai mungil ini.
Ombak yang Lebih Ganas
Ombak di pantai ini ternyata lebih ganas daripada di Pantai Parangritis. Selain itu, terumbu karang tersebar sepanjang bentang pantai saat aku bermain air, sehingga minumbulkan kesan laut yang dangkal.
Aku menikmati jernihnya air laut sampai aku bisa melihat terumbu karang di bawah kakiku. Terumbu karangnya juga tidak tajam kok. Seperti bebatuan biasa saja. Jadi masih aman untuk dipijak. Tapi, harus tetap hati-hati karena ombaknya kencang dan besar.
Mengakhiri Perjalanan dengan Kenangan Manis di Pantai Drini
Menjelang malam, kami memutuskan buat mengakhiri perjalanan. Momen di Pantai Drini ternyata jadi kenangan yang manis buatku, apalagi setelah rasa kecewa di awal. Ternyata, tempat yang keliatan biasa aja dari luar bisa menyimpan keindahan yang nggak terduga.