Perjalanan ke Yogyakarta yang Menyebalkan
Perjalanan ke Yogyakarta kali ini bikin aku emosi. Jadi ceritanya, aku berangkat ke Yogyakarta sama ibuku. Kami udah packing barang dan siap beli tiket bus secara online, tapi gara-gara bapakku nahan ibuku buat ngurusin surat, aku disuruh jangan beli tiket dulu. Habis ibuku selesai urus surat, kami terpaksa ke Terminal Pulo Gebang jam 20.30 dan beli tiket langsung disana.
Terburu-buru di Terminal Pulo Gebang
Sesampainya di terminal Pulo Gebang, ada agen bus yang datengin kami dan mengiyakan kami buat ke Yogya. Awalnya, kukira bakal gapapa kalau berangkat malam. Ternyata setelah kami ke bilik agen bisnya, jam 21.00 tiket bus udah habis untuk ke Yogya. Bus yang kesisa tinggal ke Solo. Waduh! Aku mulai ragu, tapi agen bus ngeyakinin kami buat naik dan kami bakal diturunin di daerah deket Yogya. Sama aja bo’ong, dong? Agen bus juga nawarin kita tiket seharga perjalanan ke Solo, yaitu Rp 290.000/orang.
Bapak dan ibuku nego dengan agen bus. Akhirnya ibuku membeli tiketnya. Aku mulai panik dan mastiin kalo agen ini nggak nipu kami. Agen bus sampai kongkalikong dulu sama petugas check point, supir, dan kenek bus biar mereka nggak kena SP (surat peringatan) di terminal setempat. Maka dari itu, agen bus bikin dua tiket bus: yang satu untuk tujuan akhir Solo, yang satu untuk tujuan akhir Yogyakarta, untuk mengelabui petugas terminal kalau-kalau diperiksa
Akhirnya aku dan ibu nurut aja, toh udah terlanjur malem dan nggak ada pilihan lain.
Perjalanan ke Yogyakarta yang Penuh Drama
Begitu naik bus, aku udah ngerasa nggak nyaman. Aroma busnya apek dan bagian bawah kursi nggak bersih. Suhu AC-nya terlalu dingin. Ada beberapa sampah kelihatan. Bagasi atas juga kotor dan nggak bisa ditutup rapat. Parahnya lagi, AC-nya bocor! Kebayang nggak, tiap beberapa menit sekali ada tetesan air yang kena kursi, kepala, bahkan badanku.
Sepanjang malam, aku nggak bisa tidur sama sekali. Udah dingin, bau, AC bocor lagi! Aku cuma bisa duduk sambil sesekali merem melek, berharap cepet sampe Yogyakarta. Apalagi bagasi busnya yang berisik karena nggak bisa ketutup rapat. Sampai larut malam, aku makin kepikiran gimana caranya tidur. Tetesan air AC aku akalin dengan memakai topi dan jaket kulit, tapi tetep aja airnya kena ke kulitku dan bikin aku kaget tiap kali ketiduran. Aku cuma misuh dalam hati dan ngeluh, “Nyesel banget gue naik bus gak jelas begini”
Terpaksa Nggak Makan Malam
Sesampainya di rest area, kami turun untuk ke toilet. Aku cuci muka dan memakai skincare malam. Waktu kita duduk, ibuku kebingungan nyari sesuatu di tasnya. Aku tanya, “Ibu nyari apa?”
“Ibu nyari kupon makan. Kuponnya ada di kamu nggak?”, tanya ibuku.
“Enggak, bu”, jawabku. Aku bahkan nggak tahu kalau kami dapat kupon makan. Ibuku terlihat kesal.
Ternyata makan di rest area ini pakai kupon sebagai penumpang bus. Jadi bisa makan malam gratis. Kayaknya, kuponnya hilang. Sebenarnya bisa aja makan tanpa kupon, tapi harus bayar sesuai harga makanan yang kita ambil. Akhirnya, ibu dan aku nggak makan di rest area, kami makan roti yang kami bawa dari rumah di dalam bus.
Transit di Kartasura: Pindah ke Bus Lain yang Lebih Nyaman
Setelah melewati tol Semarang-Solo, kita turun di Kartasura, Jawa Tengah. Ternyata ada penumpang lain yang ke Yogyakarta juga, sehingga kami mengikutinya. Setelah itu, kami nunggu bus arah Yogyakarta selama 15 menit.
Kita naik bus antar kota PO. Jaya Putra dari Kartasura ke Yogyakarta. Kali ini, busnya nyaman banget! Beda jauh sama bus yang aku naiki sebelumnya. Kursi busnya empuk, nyaman, bersih, lebar, sejuknya pas dan AC-nya juga nggak bocor. Harganya juga terjangkau buat perjalanan sejauh 65 kilometer ke Yogyakarta, yaitu Rp 25.000/orang.
Sesampainya di Terminal Giwangan, Akhir dari Perjalanan ke Yogyakarta
Akhirnya, kami sampai di Terminal Giwangan, Yogyakarta. Kami duduk sebentar buat ke toilet, terus minum teh hangat. Lalu kami jalan keluar dari terminal.
Sambil nunggu saudara kami menjemput, kami nongkrong sebentar di warkop dekat stasiun. Ibuku memesan teh manis hangat dan bakwan, aku memesan milo hangat. Kami ngobrol juga sama bapak-bapak warkop yang ternyata orang Wonosari, dimana kami berdua juga bakal nginep di desa Wonosari, tempat saudaraku tinggal.
Pelajaran dari Perjalanan ke Yogyakarta Kali Ini
Untuk keseluruhan biaya perjalanan ke Yogyakarta, semuanya seharga Rp 315.000/orang, belum termasuk makan dan minum. Walaupun perjalanan ini bikin aku bete, di sisi lain aku belajar buat lebih sabar. Nggak semua hal bisa sesuai rencana, dan pengalaman ini jadi pelajaran buatku supaya lebih hati-hati pilih transportasi di lain waktu.
Di samping hal menyebalkan itu, aku harus sabar, dan kesabaranku terbayar dengan pemandangan alam Jawa, menikmati pemandangan Gunung Merbabu di pagi hari, bus terakhir yang nyaman, dan warga setempat yang ramah, yang bikin aku kangen Yogyakarta.
Meski penuh drama dan nggak sesuai harapan, tapi pengalaman ini nggak akan aku lupain. Buat yang mau ke Yogyakarta naik bus, pastikan pilih yang bener-bener nyaman ya, biar perjalanan terasa lebih menyenangkan.
Satu Komentar
Ping Balik: