Dari Toko Merah jadi Kafe Rode Winkel di Kota Tua
Bangunan-bangunan bergaya Eropa berdiri kokoh di sepanjang Kota Tua. Salah satu yang paling menarik perhatian adalah sebuah gedung bekas Belanda berwarna merah mencolok. Kini, gedung bekas peninggalan Belanda ini telah bertransformasi menjadi kafe Rode Winkel – salah satu spot favorit di Kota Tua.
Bangunan tua berwarna merah ini disebut Toko Merah. Namanya jelas terpampang di depan gedung itu. Kini, gedung bersejarah tersebut jadi spot favorit dengan kafe di dalamnya.
Sejarah Gedung Toko Merah
Toko Merah dibangun sebagai rumah dinas Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Gustaaf Willem Baron von Imhoff, pada tahun 1730. Pada masa itu, dia menjabat sebagai Sekretaris II Hooge Regering (pemerintahan tertinggi) dan Kepala Urusan Kepabeanan. Selama masa kolonial, gedung ini sering berganti fungsi, mulai dari rumah dinas, kantor, perguruan tinggi, hotel, hingga markas militer.
Pada tahun 1851, Oey Liauw Kong mengambil alih Toko Merah dan menjadikannya toko. Dia mengecat eksterior bangunan, bingkai jendela, dan pintu dengan warna merah sebagai ciri khas arsitektur Tionghoa. Dia juga menambahkan sedikit cat emas yang memberikan nuansa Tionghoa. Fasadnya yang berwarna merah menjadikannya terkenal sebagai Toko Merah.
Pada masa jayanya, Toko Merah terkenal sebagai salah satu bangunan mewah yang menjadi pusat perdagangan di Batavia. Selama bertahun-tahun, Toko Merah mengalami berbagai perubahan fungsi dan kepemilikan, mulai dari toko, kantor, hingga akhirnya menjadi kafe modern yang kita kenal sekarang di Jakarta Barat.
Arsitektur dan Desain Bangunan
Toko Merah adalah salah satu contoh arsitektur kolonial Belanda di Indonesia yang bergaya Boer. Karakteristiknya memiliki dua atau tiga lantai, berdampingan dengan bangunan lain, tanpa halaman depan atau samping, ruang yang luas, dan langit-langit yang tinggi. Toko Merah juga memadukan gaya arsitektur Eropa dengan elemen Tionghoa. Fasadnya yang megah dengan jendela besar dan tinggi mencerminkan gaya arsitektur Belanda yang kuat, sementara atapnya yang curam dan ukiran kayu yang detail pada pintu dan jendela menambah sentuhan elegan. Fasad merahnya mewakili sentuhan arsitektur Tionghoa yang khas.
Toko Merah sebenarnya adalah dua bangunan di bawah satu atap yang terdiri dari dua bagian: bangunan utara dan bangunan selatan. Kesan kembar sudah terlihat dari depan bangunan dengan dua pintu masuk. Terbukti juga ada dinding parapet untuk memisahkan bangunan jika terjadi kebakaran agar tidak merambat ke bangunan sebelah. Bentuk bangunannya simetris, mencerminkan kedisiplinan dan kemegahan arsitektur kolonial.
Lantai marmernya yang dari Italia masih asli, begitu pun bingkai pintu, jendela, dan kayu langit-langitnya. Ornamen bercat emas di interiornya memberi kesan mewah seolah mencerminkan masa kejayaan kolonial Belanda di Hindia Belanda. Selain itu, Belanda juga mengimpor bahan dinding bangunannya dari batu bata merah.
Pada tahun 2024 sebagai Kafe Rode Winkel
Pengelola masih mempertahankan elemen asli bangunannya meski berubah menjadi kafe. Pengelola juga merenovasi dengan hati-hati untuk menjaga integritas sejarah bangunan, sambil menambahkan fasilitas modern yang nyaman sebagai kafe. Bangunan ini berubah fungsi menjadi kafe bernama Rode Winkel.
Aku mengunjungi kafe Rode Winkel pada bulan Juni lalu ketika berada di lantai dasar. Ketika aku berkunjung lagi pada bulan September, kafe ini pindah ke lantai dua. Ini memungkinkan aku untuk menjelajahi setengah dari bangunan dengan bebas. Tetapi masih banyak area terbatas yang hanya boleh diakses staf. Meskipun begitu, rasa penasaranku terpuaskan, meskipun tidak sepenuhnya.
Di kafe Rode Winkel, kami memesan makanan dan minuman untuk menikmati suasana interior Toko Merah untuk pertama kalinya. Kafe Rode Winkel memiliki banyak variasi kopi, bahkan kopi khas mereka. Tapi aku tidak minum kopi. Aku pesan smoothie dan spaghetti. Harganya juga tidak semahal yang kukira untuk kafe di bangunan mewah ini. Kamu bisa menghabiskan sekitar Rp 100.000 di sini untuk satu orang untuk satu makanan dan minuman. Kamu tinggal duduk dan pesan dari tempat duduk lalu dengan memindai kode QR dari pelayan. Jadi kita tidak perlu antri di kasir untuk memesan. Kamu bahkan bisa membayar pesanan dari tempat dudukmu. Jadi kamu bisa menikmati akhir pekanmu dalam suasana nostalgia di gedung tua yang estetis ini dengan budget yang terjangkau.
Spot Favorit yang Memberikan Pengalaman Unik
Sebagai salah satu destinasi populer, kafe Rode Winkel di Kota Tua ini menawarkan pengalaman unik. Kamu bisa menikmati kopi sambil menikmati arsitektur bangunan yang telah menjadi ikon Kota Tua Jakarta
Rode Winkel bukan hanya tempat untuk bersantai, tetapi juga perjalanan sejarah di tengah hiruk-pikuk Kota Tua. Gaya arsitekturnya menjadi destinasi yang wajib dikunjungi. Baik untuk pecinta sejarah, maupun mereka yang sekadar ingin menikmati secangkir kopi di tempat ikonik. Kafe Rode Winkel, yang berada di dalam gedung Toko Merah, adalah contoh nyata bagaimana warisan sejarah bisa terus hidup dan dinikmati di era modern.