
Menyusuri Sejarah dan Revitalisasi Taman Lapangan Banteng Jakarta
Lebaran adalah momen spesial bagi warga Indonesia. Setelahnya, sebagian warga Jakarta akan mudik ke kampung halaman. Dengan jumlah penduduk yang bisa ‘berkurang sementara’ sampai 70 persen, aku manfaatkan momen ini untuk menikmati Jakarta yang lengang. Jadi, aku manfaatkan waktu ini dengan jogging.
Jarang-jarang, kan, bisa ngerasain sepinya Jakarta? Apalagi udara jadi lebih bersih pasca lebaran itu.
Aku pilih tempat spesifik dari Lapangan Banteng, yaitu Taman Lapangan Banteng sebagai tempat jogging. Penyebabnya karena aku belum sempat ke Taman Lapangan Banteng ini setelah revitalisasi.
Selain itu, kemudahan akses transum jadi motif penguatnya. Jadi, aku bisa naik Transjakarta, lalu turun di Halte Juanda. Setelah itu, lanjut jalan kaki selama sepuluh menit ke Taman Lapangan Banteng. Gampang, kan?
Tapi, sebelum membahas lebih jauh tentang wajah barunya, menarik juga untuk melihat seperti apa Lapangan Banteng dulu. Taman ini bukan sekadar ruang terbuka hijau, tetapi menyimpan cerita panjang tentang perjalanannya dari masa kolonial hingga era modern.
Dengan memahami perjalanan sejarahnya, kita bisa memahami perubahan yang menjadikannya salah satu ikon ruang publik terbaik di Jakarta.
Sejarah Lapangan Banteng
Masa Kolonial Belanda (Awal Abad ke-19)
Dulunya, Lapangan Banteng adalah lapangan bersejarah milik Belanda. Saat Gubernur Dandels berkuasa di Batavia pada tahun 1828, ia membangun Monumen Waterloo. Pembangunan itu bertujuan untuk mengenang kemenangan Belanda dalam pertempuran Waterloo pada tahun 1815. Maka dari itu, lapangan ini dinamakan Waterlooplein, yang berarti Lapangan Waterloo.
Selain itu, ada juga patung singa di atas monumen tersebut. Maka dari itu, lapangan ini juga disebut Leeuwinplaats yang berarti “Lapangan Singa”.

(Sumber: Pinterest)
Masa Kependudukan Jepang (Tahun 1942-1945)
Pada saat Jepang menduduki Indonesia di tahun 1942-1945, Jepang merobohkan monumen itu karena dianggap melambangkan kejayaan Belanda. Fungsinya berubah menjadi lapangan umum, namun aktivitasnya berkurang karena kondisi perang. Sejak itu, lapangan ini mulai kehilangan ciri khas lamanya dan lebih menjadi ruang terbuka biasa.
Setelah Kemerdekaan Indonesia (Tahun 1945-1949)
Setelah kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945-1949, Lapangan Banteng menjadi tempat apel militer dan pameran pembangunan. Di era ini, lapangan menjadi simbol kebangkitan nasional. Fungsi kolonialnya berubah menjadi ruang untuk perjuangan rakyat Indonesia. Beberapa acara kenegaraan juga digelar di sini, menjadikannya salah satu titik penting dalam memori sejarah Jakarta pasca-kolonial.
Era Presiden Soekarno (Tahun 1960-an)
Pada tahun 1963, Presiden Soekarno mencetuskan pembangunan Monumen Pembebasan Irian Barat. Ia mempercayai tugas pembangunan itu kepada arsitek Friedrich Silaban. Pembangunan monumen ini bertujuan untuk memperingati perjuangan merebut Irian Barat dari Belanda.

Lalu, beliau mengganti nama Leeuwinplaats menjadi “Lapangan Banteng”. Hal itu dikarenakan nama itu mengandung arti hewan singa, yang identik dengan simbol penjajahan Belanda. Beliau menggantinya dengan hewan banteng, karena banteng identik dengan hewan lokal yang membantu masyarakat, seperti membajak sawah. Selain itu, banteng dianggap menyimbolkan rakyat, revolusi nasional, dan negara republik yang baru.
Era Orde Baru (1982-1993)
Pada masa presiden Soeharto di tahun 1982, Lapangan Banteng jadi salah satu lokasi utama kampanye partai politik, terutama menjelang pemilu. Selain itu, Lapangan Banteng juga sempat jadi terminal bus hingga tahun 1993.

(Sumber: Facebook)
Era Orde Baru, Era Reformasi, hingga Era Modern (1993-2017)
Akhirnya, pemerintah mengalihfungsikan jadi ruang terbuka hijau lagi. Terlebih, pemerintah juga menggelar acara olahraga, pameran, dan kegiatan masyarakat di Lapangan Banteng ini.
Sayangnya, meski sudah melewati beberapa era pemerintah, kondisi taman mulai menurun. Hal ini terlihat dari fasilitas yang kurang terawat, sehingga kurang menarik sebagai ruang publik. Alhasil, lapangan ini kehilangan daya tariknya dan hanya sesekali digunakan untuk event tertentu.

(Sumber: Tripadvisor)
Revitalisasi Era Modern (2017-2018)
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melakukan revitalisasi besar-besaran pada 2017 hingga selesai pada 2018. Konsep taman modern diterapkan dengan tambahan amphitheater, area bermain anak, jalur pedestrian, air mancur menari, serta penataan lanskap hijau.
Revitalisasi ini mengembalikan Lapangan Banteng sebagai ikon ruang publik yang nyaman, estetis, dan fungsional. Selain itu, pemerintah ingin menjadikannya destinasi favorit warga Jakarta untuk rekreasi, olahraga, dan menikmati suasana kota.
Letak Lapangan Banteng
Lapangan Banteng ini terletak di Sawah Besar, Jakarta Pusat. Dengan luas 5,3 hektar, lapangan ini diapit empat jalan, yaitu Jl. Lapangan Banteng Utara, Selatan, Barat, dan Timur.
Selain itu, lapangan ini juga terletak di jantung area kantor pemerintahan Jakarta. Contohnya seperti Gedung Kementerian Keuangan RI, Gedung Pos Ibukota, Gedung Kementerian Agama RI. Selain itu, ada juga bangunan bersejarah lainnya seperti Gereja Katedral, Sekolah Santa Ursula, dan Masjid Istiqlal.
Dengan letak yang strategis ini, Lapangan Banteng jadi landmark, sebagai simbol ruang terbuka monumental di pusat ibukota selain Monas.
Tentang Revitalisasi Lapangan Banteng
Revitalisasi Lapangan Banteng dimulai pada bulan Maret tahun 2017, dan selesai pada bulan Juli tahun 2018. Dalam siaran pers, Gubernur Anies Baswedan menekankan bahwa revitalisasi ini bertujuan untuk menghidupkan kembali fungsinya sebagai ruang publik inklusif. Selain itu, ia juga ingin menjaga nilai sejarah. Serta revitalisasi ini bertujuan menjadi ikon kota yang fungsional.
Yori Antar: Arsitek Revitalisasi Lapangan Banteng
Yori Antar adalah arsitek yang dipercaya Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta untuk melakukan revitalisasi Lapangan Banteng tersebut. Awalnya, dinas itu meminta Yori Antar dan rekannya untuk membangun pagar yang mengelilingi lapangan olahraga saja. Lalu, karena merasa hanya mendesain pagar, mereka menawarkan rancangan revitalisasi Lapangan Banteng secara sukarela. Akhirnya, dinas tersebut menyetujui rancangan revitalisasi tersebut.
Dana untuk revitalisasi ini tidak mengunakan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), melainkan dana Kelebihan Pelampauan Nilai KLB. Para pemilik gedung diwajibkan membayar kompensasi KLB ke Pemprov DKI bila hendak menaikkan tinggi gedungnya. Maka dari itu, pemerintah mendapat anggaran hingga Rp 140 miliar, sehingga revitalisasi dapat dilaksanakan.

(Sumber: Prestige Online)
Konsep Arsitektur
Revitalisasi Taman Lapangan Banteng ini menerapkan konsep arsitektur hijau, yang berupaya meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan. Caranya adalah dengan memaksimalkan efisiensi sumber daya alam, seperti energi, penghijauan, air, dan material.
Tujuan utamanya adalah menciptakan bangunan yang berkelanjutan dan sehat, baik bagi pengguna bangunan itu maupun bagi ekosistem di sekitarnya. Maka dari itu, konsep arsitektur ini juga sering disebut sebagai arsitektur berkelanjutan.
Apa Saja yang Berubah dalam Revitalisasi Ini?
Penambahan Amfiteater
Penambahan fasilitas seperti amfiteater membuat Taman Lapangan Banteng ini makin interaktif dengan pengunjung. Sebelum revitalisasi, taman ini hanya area pavement, taman, dan tempat duduk, tanpa fasilitas lain.

Dengan penambahan fasilitas amfiteater ini, pengunjung bisa menonton atau menggelar pertunjukan atau konser. Apalagi kalau malam, pengunjung bisa menonton air mancur menari tiap week end malam.
Penghijauan dan Lanskap yang Teratur dan Fungsional
Kini, Taman Lapangan Banteng makin adem dengan penghijauan yang semakin banyak. Banyak ruang terbuka hijau yang mendukung kegiatan piknik atau bermain, yang mendukung kegiatan komunal. Kamu bisa piknik dengan gelar tikar sambil makan bersama. Aku sudah sering ke tempat ini bersama teman-teman dengan menggelar tikar sambil ngemil, baca buku, atau sekedar ngobrol.

Selain itu, penerapan arsitektur hijau terlihat pada bangunan amfiteater. Seperti tanaman rambat “Dedalu Tangis” di dinding atas amfiteater sebagai tanaman peneduh yang bisa membuat bangunan amfiteater terasa adem.
Selain itu, amfiteater ini terdapat void atau lubang untuk pohon, sehingga bangunan terintegrasi dengan penghijauan seperti pohon. Pohon tersebut membuat teduh area duduk amfiteater. Jadi, meskipun tanpa atap atau kanopi, orang yang duduk di amfiteater tidak kepanasan.

Taman Bermain Anak-Anak
Taman Lapangan Banteng juga menyediakan taman bermain. Selain itu, areanya juga bersih dan teduh. Permainannya juga variatif, seperti ayunan, komidi putar, perosotan, dan wahana pegas.
Selain itu, meskipun dekat dengan pintu masuk, taman bermain ini juga dekat dengan pos sekuriti. Maka dari itu, keamanan lebih ketat, sehingga keberadaan anak-anak yang bermain menjadi tanggung jawab bersama.

Bangunan Bendera
Ada penambahan bangunan di antara monumen dan lapangan olahraga, yaitu bangunan bendera. Lebih uniknya lagi, bangunan ini multifungsional: untuk meletakkan bendera, ruang pengelola dan fasilitas umum, panel narasi historis, dan pembatas dua zona lapangan.

Di lantai dasar bangunan ini, terdapat ruang pengelola dan fasilitas umum seperti toilet dan mushola. Lalu, di atasnya untuk tiang bendera. Kamu bisa naik ke atasnya untuk melihat kedua zona tersebut dari ketinggian. Selain itu, di atasnya juga berderet tiang untuk bendera merah-putih, sehingga menambah kesan patriotik.
Selain itu, bangunan ini juga turut berfungsi dalam narasi historis Lapangan Banteng. Hal ini terlihat dari dinding yang berisi ungkapan para pahlawan Indonesia mengenai kemerdekaan Indonesia dan pembebasan Irian Barat dari Belanda.

Selain berisi ungkapan historis, bangunan ini seakan jadi ‘sekat’ antara zona olahraga dengan zona monumen. Maka dari itu, bangunan itu untuk mempertegas batas linear antara dua zona tersebut.
Yuk, Baca Artikelku yang Lain!
Dari Toko Merah jadi Kafe Rode Winkel di Kota Tua
Mengunjungi Pameran Jakarta Architecture Festival 2024
Akses yang Ramah Disabilitas
Di pintu masuk utama, tinggi jalan raya dengan pintu masuk utama memiliki tinggi yang sama. Jadi, semua orang, bahkan penyandang disabilitas pun bisa masuk ke taman ini.

Pintu masuk alternatif yang tersambung dengan jalur pejalan kaki pun memiliki ramp yang memudahkan penyandang disabilitas untuk masuk ke taman. Jadi, kemudahan akses tidak hanya di pintu masuk utama saja yang tersambung ke jalan raya, tapi di pintu masuk yang tersambung trotoar.

Selain itu, taman ini juga memiliki akses yang memudahkan penyadang disabilitas. Seperti ramp untuk pengunjung tuna daksa, dan guiding block untuk pengunjung tuna netra. Maka dari itu aksesibilitas menuju fasilitas umum di taman ini pun ramah disabilitas.

Kolam dan Air Mancur
Kolam dan air mancur terletak di antara amphiteater dan monumen, yang menambah estetika area amphiteater dan kesan megah monumen. Selain itu, kolam ini juga berfungsi untuk menurunkan suhu karena area ini banyak perkerasan, sehingga tidak panas.

Air mancur juga menambah kesan estetis pada malam hari. Tiap week end malam, selalu ada pertunjukan air mancur menari, di tambah banyak permainan lampu warna-warni. Maka dari itu, selain untuk area pertunjukan atau konser di area amphiteater ini, area ini juga diperuntukkan untuk pertunjukan lain. Masyarakat bisa menonton pertunjukan air mancur menari secara gratis.

Fasilitas Umum
Taman Lapangan Banteng sudah menyediakan fasilitas umum yang lengkap. Fasilitasnya termasuk tempat duduk, toilet, mushola, vending machine, sewa loker dan power bank, dan titik air minum.
Di banyak titik taman, banyak tempat duduk yang tersedia. Kamu bisa duduk-duduk sambil mengobrol dengan teman, atau sambil melihat pemandangan taman. Atau kamu juga bisa duduk sambil memberi makan burung merpati, karena di sana juga ada sarang burung merpati.

Toilet yang tersedia bersih dan tertata. Selain itu, tersedia juga toilet disabilitas. Akses masuknya juga ramah disabilitas karena terdapat ramp menuju toilet dan guiding block untuk tuna netra.
Kamu juga bisa membeli makanan atau minuman kemasan dari vending machine yang tersedia di banyak titik. Pembayarannya pun simpel dan canggih dengan menggunakan QRIS. Selain itu, kamu juga bisa sewa loker jika ingin berolahraga di taman ini dan perlu menaruh tas dengan aman. Atau kamu juga bisa sewa power bank jika kehabisan baterai hape.

Selain itu, ada juga keran air minum di banyak titik. Kamu bisa mengaksesnya secara gratis jika kamu ingin minum air putih.

Area Parkir
Area parkir juga tersedia pada pada pintu selatan dan timur Lapangan Banteng. Bagi kamu yang membawa kendaraan pribadi, kamu bisa parkir kendaraanmu di salah satu area parkir tersebut. Area parkir kini lebih teratur di masing-masing pintu, tanpa mengganggu sirkulasi jalan raya.

Perbandingan Dulu vs Sekarang
Pilihan Tempat yang Variatif
Sebelum revitalisasi, fasilitas yang tersedia kurang variatif di Taman Lapangan Banteng. Orang-orang masih bisa nongkrong dan ngobrol di area duduk, tapi tidak ada pilihan untuk duduk di area lain. Misalnya di area rerumputan, di mana mereka bisa gelar tikar sekaligus piknik.
Sekarang, tempat yang tersedia makin banyak dengan menawarkan kegiatan yang variatif. Setelah revitalisasi, aku dan teman-teman banyak melakukan kegiatan di sini. Entah itu baca buku, olahraga, atau sekedar nongkrong. Kadang mereka juga ngajak aku untuk lihat pameran. Oleh karena itu, dari banyaknya kegiatan itu, secara tidak sadar penggunaan taman ini makin meningkat dan variatif.

Penghijauan
Sebelum revitalisasi, penghijauan belum seluas sekarang. Dulu, penghijauan kurang terawat, sampai pepohonan pun tingginya menghalangi pemandangan monumen. Terlebih, penghijauan hanya fokus sebagai estetika dan peneduh taman.
Sekarang, banyak penghijauan yang terawat tidak hanya membuat taman jadi lebih teduh, tapi juga lebih indah. Selain itu, penghijauan juga diterapkan pada green space yang bisa digunakan untuk piknik. Yang lebih unik lagi, penghijauan juga menyatu pada bangunan amphiteater, sebagai bagian dari konsep arsitektur hijau.

Kebersihan
Sebelum revitalisasi, taman ini terlihat kurang bersih. Dulu, aku sering melihat ada sampah kecil, apalagi di sudut taman yang sering jauh dari jangkauan orang-orang. Selain sampah, aku juga sering lihat tanah yang berceceran di paving block atau kanstin. Jadi, taman ini terkesan kotor dan terlihat agak kumuh. Tong sampah juga sering terlihat penuh dan jarang ada tindak lanjut dari petugas kebersihan.
Setelah revitalisasi, taman ini jadi terlihat lebih bersih. Tidak ada sampah yang tersisa, bahkan di sudut taman. Selain itu, karena sudah banyaknya area hijau, jarang terlihat tanah yang berceceran. Hal itu karena banyak area hijau yang sudah ditanami rerumputan yang mengikat tanah dan menyerap air. Tidak hanya itu, tong sampah juga tersedia di banyak titik.
Fasilitas Umum
Sebelum revitalisasi, belum ada fasilitas air minum, vending machine makanan/minuman, sewa loker dan power bank. Jadi, beraktivitas di sini terasa merepotkan karena belum ada fasilitas yang memadai untuk kebutuhan beraktivitas. Hal ini membuat fungsi taman hanya tempat duduk santai atau olahraga ringan, tanpa adanya fasilitas yang menunjang kebutuhan aktivitas pengunjung.
Setelah revitalisasi, semua fasilitas itu tersedia demi memenuhi kebutuhan aktivitas pengunjung, seperti olahraga, makan & minum, toilet, dan sholat. Jadi pengunjung tidak perlu repot ke tempat lain yang jauh untuk memenuhi kebutuhan aktivitas itu.
Akses yang Ramah Disabilitas
Sebelum revitalisasi, aku tidak pernah lihat ada akses yang memudahkan penyandang disabilitas di taman ini, seperti ramp atau guiding block. Hal ini membuat taman ini hanya untuk kalangan non-difabel saja.
Setelah revitalisasi, akses yang memudahkan banyak diterapkan. Fasilitas seperti ramp dan guiding block dimulai dari pintu masuk taman. Ini berlanjut hingga akses ke fasilitas umum di dalam taman. Jadi, semua orang bisa menikmati taman ini. Sehingga rasanya lebih inklusif dan nyaman dibanding sebelumnya.
Revitalisasi yang Edukatif, Inklusif, dan Mengikuti Perkembangan Zaman
Masyarakat Jakarta sangat membutuhkan ruang untuk berkegiatan sekaligus bersosialisasi, mengingat jiwa masyarakat Indonesia yang komunal. Jadi, perlunya perubahan konsep taman yang selaras dengan kebutuhan masyarakat, seperti pada revitalisasi Taman Lapangan Banteng ini. Maka dari itu, penambahan beberapa area dan bangunan sangat membantu masyarakat Jakarta dalam memenuhi kebutuhan yang mendukung kegiatan mereka.
Selain itu, karena meningkatnya pemanasan global yang memicu kenaikan suhu bumi, penerapan arsitektural dan lansekap juga harus ada perubahan. Penerapan arsitektur hijau meningkatkan efisiensi energi pada bangunan dalam menurunkan suhu ruangan. Selain itu, lansekap yang memperbanyak penghijauan juga turut menyejukkan taman.
Tidak hanya itu, taman ramah untuk semua kalangan, mulai dari anak-anak, remaja, orang tua, bahkan penyandang disabilitas. Semua itu berkat fasilitas yang mendukung akses tanpa batasan usia maupun kemampuan fisik pengunjung. Dengan konsep ramah aksesibiltas ini, revitalisasi Taman Lapangan Banteng menghadirkan pengalaman yang setara bagi semua orang.
Tidak lupa juga bahwa ruang publik juga merupakan bagian dari sejarah perjuangan sebuah negara. Pada revitalisasi ini, perubahan fisik tidak serta merta merubah narasi historis perjuangan pembebasan Irian Barat dari Belanda. Revitalisasi ini justru menambah wawasan tentang perjuangan Indonesia, yang merangkul Irian Barat untuk merdeka dari penjajahan.
Maka dari itu semua, revitalisasi Taman Lapangan Banteng meningkatkan fungsinya sebagai taman, juga menghadirkan kenyamanan dan aksesibilitas bagi semua kalangan, termasuk penyandang disabilitas. Lalu, edukasi sejarah juga turut hadir dalam revitalisasi ini. Perubahan ini selaras dengan kebutuhan masyarakat yang terus berkembang dan mencerminkan konsep keberlanjutan untuk menjawab tantangan zaman. Termasuk juga edukasi sejarah agar masyarakat tidak lupa cerita perjuangan rakyat seiring bertambahnya waktu pada sebuah ruang kota.
Sumber
Apriliani, J., & Dewi, J., (2017). Konsep Rancangan Ruang Terbuka Publik dengan Pendekatan Naratif. Seminar Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia (IPLBI). 293-296
Kusumowardani, D., (2024). ADAPTIVE REUSE PLACEMAKING LAPANGAN BANTENG PARK. Jurnal Ismetek. 17(2). 20-24
Luluah, S., (2021). Sense of Place Pada Ruang Publik Berdasarkan Persepsi Pengunjung (Studi Kasus: Taman Lapangan Banteng, Jakarta Pusat). Seminar Nasional dan Diseminasi Tugas Akhir. 961-972
Paseli, D. E., dkk. (2023). IMPLEMENTASI NILAI NASIONALISME PADA MONUMEN PEMBEBASAN IRIAN BARAT. Jurnal Stupa, 5(2), 1803-1814
Stephenson, M. (2019) The History of Architecture. Worth Press Ltd.
Sumber dari Internet:
https://pusat.jakarta.go.id/v2/?/news/2017/revitalisasi-lapangan-banteng-dimulai
https://www.jakarta.go.id/siaran-pers/325-SP-HMS-07-2018/
https://www.antaranews.com/berita/707722/index.html
https://kumparan.com/kumparannews/awal-mula-revitalisasi-lapangan-banteng-yang-kini-keren
https://www.whiteboardjournal.com/ideas/yoriantar
https://www.arsitekturindonesia.org/museum/monumen-irian-barat-simbol-mobilisasi-massa-ala-soekarno
https://news.detik.com/berita/d-4137444/cerita-di-balik-kerennya-lapangan-banteng-hasil-revitalisasi


16 Komentar
Yonal Regen
Pada zaman Gubernur Anies Baswedan lumayan banyak taman-taman di Jakarta yang direvitalisasi, ya, salah satunya Taman Lapangan Banteng. Kini taman ini bertransformasi menjadi tempat yang nyaman untuk banyak tujuan, mulai dari berwisata sampai menggelar diskusi-diskusi ringan di tamannya pun bisa banget, ya
Didik
Wah saya lupa kalau ada Lapangan Banteng, padahal seminggu di Jakarta Bulan Juni lalu. Terlihat sangat asri sekali di tengah panasnya ibukota. Apalagi tempatnya edukatif dan memiliki nilai sejarah yang besar. Lokasinya juga sangat strategis.
R Windhu
Lapangan Banteng punya kisah yang panjang dengan Republik ini. Buatku, tempat ini adalah lokasi rekreasi bareng teman-teman dan keluarga. Mulai dari lihat pameran seperti Flona hingga nonton air mancur menari.
Tanti Amelia
Langsung googling revitalisasi Lapangan Banteng!
Ternyata megah banget ya gambaran visual revitalisasi Lapangan Banteng—mulai dari pembangunan amphitheater setengah lingkaran hingga lampu air mancur megah dan sumbu terbuka yang menghidupkan kembali ruang publik bersejarah Jakarta.
semoga bisa memfasilitasi warga untuk fasum – fasos yang terintegrasi
Ire Rosana Ullail
Hm jadi ingat mau ke lapangan Banteng belum jadi, ada event Flona di sana. Aku pernah sekali ke sana pas walking tour, tapi fokusnya cuma ke tugu ikoniknya, nggak tau kalau lebih jauh sudah direvitalisasi menjadi kaya sekarang ini. Menarik banget diliat dari foto-fotonya, bisa buat piknik, healing tipis2 atau space ketemu temen-temen untuk bahas sesuatu 🙂
Heni Hikmayani Fauzia
lapangan Banteng sekarang begitu nyaman yaa, dan sangat ramah buat penyandang disabilitas. Fasilitasnya juga banyak bisa buat kumpul-kumpul juga. Ada tempat ngecash…duh mantap nih Jakarta sekarang banyak destinasi tempat fasilitas umum yang bagus bagus banget.
Dede Diaz
Keren banget baca tentang transformasi Taman Lapangan Banteng! Dulunya lapangan kolonial yang jadi terminal bus cumpe penuh bau, sekarang jadi taman kece dengan amphitheater, air mancur menari, dan area hijau yang cozy abis. Gak cuma cakep, tapi juga menyimpan sejarah nasional keren—beneran jadi ruang publik yang hidup dan meaningful
Raja Lubis
Benar-benar disulap jadi ruang publik yang inklusif. Bukan sekadar buat nongkrong doang, tapi bisa juga kegiatan kreatif. Harusnya setiap kota seenggaknya punya 1 ruang publik seperti Taman Lapangan Banteng gini ya.
Siti Nurjanah
Diakui saat ini lapangan banteng sebagai lapangan terbuka hijau semakin ciamik dan hampir tiap saat ada event menarik. Lokasinya yg streregis begitu ideal berada di pusat jakarta.
Utk joging aku blm pernah ke kawasan ini. Tampaknya next time boleh jg secara area sekitarnya juga asri
Leila
Karena kantor dekat dari sini, jadi cukup mengamati perubahannya terutama untuk periode tahun 2010-an ke atas, jadi menjelang revitalisasi dan setelahnya. Dulu pun sudah terasa cukup nyaman, dan dengan revitalisasi bertambah oke lagi dengan fasilitasnya yang bagus dan bermanfaat. Cuma memang kalau sedang ada acara, parkirnya lumayan penuh ya.
Dyah Kusuma
Lapangan Banteng jadi lebih bagus dan fungsional ya setelah revitalisasi. Ruang publik yang dibutuhkan masyarakat nih, serasa tidak berada di tengah kota ya, lumayan bisa meredam polusi dan menjadi oase di hiruk pikuknya metropolitan
Lala
Sebagai yang sering ke Lapangan Banteng, setelah revitalisasi memang jauh lebih nyaman. Mulai dari datang ke event yang dilangsungkan di lapangan banteng, kemudian bleluasa olahraga lari dan jalan kaki dengan nyaman di bawah rimbunnya pepohonan.
Fasilitas umumnya pun lengkap, bisa buat piknik, wisata edukasi, walking tour pun pernah sekalian bahas sejarahnya. Mantap sih rekomen buat disambangi kalau lagi libur kerja.
Mila
Baru kenal dengan arsiteknya. Thanks artikelnya kak, jadi makin tau sejarah Lapangan Banteng dan perkembangannya. Makin bagus dan komplit ya, fasilitasnya sekarang. Ramah anak, lansia dan disabalitas, juga semakin hijau. keren deh
Jiah Al Jafara
Sejarahnya panjang juga ya dari dulu sampai sekarang. Semoga tempat hijau kaya gini makin banyak terutama di kota besar. Terus ramah disabilitas juga biar semua orang bisa menikmatinya
Lendyagassi
Dalam satu artikel, aku mendapatkan banyak sekali pengetahuan baru mengenai Revitalisasi Lapangan Banteng.
Termasuk sejarahnya.
Keren bangeett, ka Veni buat risetnya. Aku sukaa..
Secara kalo main ke Jekarda suka penasaran sama Lapangan Banteng tapiii ga ada patung bantengnya kan yaa??
Aku sampai baca ulaang lagii..
Salut banget sama revitalisasinya yang menjadikan Lapangan Banteng ruang publik yang nyaman untuk semua kalangan.
Andiyani Achmad
Menarik sekali baca sejarah dan proses revitalisasi Taman Lapangan Banteng ini. Sekarang tempatnya jadi semakin ikonik dan asri ya. Jadi pengen main ke sana weekend nanti.